Menurut sejarah,
pengembangan Pulau Batam dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda
yakni periode masa lampau, periode pendudukan kolonial dan periode
globalisasi. Perkembangan pulau Batam awalnya berasal dari Pemerintahan
Kesultanan yang sekarang telah berbaur dengan Republik Singapura dan
kerajaan Malaysia yang terlebih dahulu menganut paham moderat. Sejarah
pulau Batam dapat ditelusuri ketika pertama kali Bangsa Mongolia dan
Indo-Aryans pindah dan menetap di kerajaan Melayu sekitar tahun 1000 M
atau sebelum kerajaan Islam Malaka dan Bintan muncul serta saat
datangnya Pemerintahan Kolonial Eropa yang diprakarsai oleh bangsa
Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M, pulau Batam dan
Singapura telahmenjadi bagian dari kesultanan Johor. Penduduk pulau
Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan
orang Selat atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak
zaman kerajaan Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal
abad ke-14). Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang
Laut sejak 231 M. Ketika Singapura dinamai Temasek yang dikelilingi
oleh perairan, wilayah ini telah dijadikan sebagai pusat perdagangan
yang dikuasai oleh Temanggung Tempatan (pemimpin wilayah).
Akibat dari pesatnya
perdagangan tersebut membuat kerajaan Melayu Johor, Penyengat serta
Lingga/Daik menjadi kuat dan mereka memperluas daerah kekuasaan sampai
ke kawasan Malaka. Bukan itu saja, pulau Sumatera Bagian timur juga
menjadi bagian dari kekuasaan mereka. sampai akhirnya datang bangsa
Belanda dan Inggris pada tahun 1824 M, yang kemudian mengambil alih
tampuk kekuasaan sekaligus menjadi daerah jajahannya dan muncullah paham
politis yang baru.
Di abad ke-19, persaingan antara Inggris dan
Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan
Selat malaka. Bandar Singapura juga maju pesat, mengakibatkan Belanda
dengan berbagai cara ingin menguasai perdagangn Melayu dan aktivitas
lainnya yang melewati kawasan tersebut. Terjadilah penyusupan
tersembunyi yang dilkukan oleh pedagang Singapura. hal ini sangat
menguntungkan pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura sebagai
tempat bersembunyi dari gangguan patroli Belanda.
Pada 17 Maret
1824, Pemerintah Inggris Baron Fagel dari Belanda menandatangani
perjanjian London (Anglo-Deutch Tractate berisi : Belanda mengaku
kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura, sementara itu Bencoolen
(Bengkulu, Sumatera) menjadi kekuasaan Belanda sekaligus menguasai
kepuluan Riau). Setelah kerajaan Melayu Riau yang berpusat di Lingga
berpisah dari Johor, maka yang dipertuan besar bergelar Sultan membagi
wilayah administrasi pemerintahan dalam kerajaan Melayu Lingga-Riau
menjadi tiga bagian. Yakni kekuasaan Sultan di Daik Lingga, Yang
Dipertuan Muda di Penyengat dan Tumenggung di Bulang. Ketiga wilayah ini
menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan roda pemerintahan.
namun secara umum yang menjadi titik sentral dalam menjalankan roda
pemerintahan di kerajaan Melayu dipegang Yang Dipertuan Muda yang
berkedudukan di Penyengat.
Batam sendiri saat itu, merupakan wilayah
kekuasaan Tumenggung, Tumenggung yang pertama di Bulang bergelar Tengku
Besar. Sementara yang menjadi Tumenggung terakhir adalah Tumenggung
Abdul Jamal. Sebagai pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda
pemerintahan, pada tahun 1898, Yang Dipertuan Muda yang berpusat di
Penyengat, mengeluarkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Raja Ali
Kelana bersama seorang saudaranya untuk mengelola pulau Batam. bekal
surat itulah, Raja Ali Kelana kemudia mengembangkan usahanya di pulau
Batam. Slaah satunya mendirikan pabrik batu bata. Pada tahun 1965
Temasek melepaskna diri dari Federasi Malaysia (1963-1965) untuk menjadi
negara Singapura yang bebas. Pada awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945
hingga 1957, Tanjung Pinang dinobatkan sebagai pusat pemerintahan dan
bisnis di bagian Timur Sumatera. Tanjung Pinang kemudian ditetapkan
sebagai ibukota propinsi Riau yang kemudian diikuti oleh Pekanbaru yang
terletak di Sumatera. Semenjak itu, Tanjung Pinang resmi menjadi ibukota
Kabupaten Kepuluan Riau yang melingkupi 17 kecamatan termasuk di
antaranya pulau Batam.
http://batamkota.go.id/pemerintahan_baru.php?sub_module=46&klp_jenis=310
Minggu, 14 Juli 2013
Sejarah Kota Batam
Batam adalah pulau yang terletak di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura.Penduduk asli Kota Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang
dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling
tidak telah menempati wilayah itu sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang
Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan dan
catatan lainnya, kemungkinan Pulau Batam telah didiami oleh orang laut
sejak tahun 231 M yang di zaman Singapura disebut Pulau Ujung. Pada masa
jayanya Kerajaan Malaka, Pulau Batam berada di bawah kekuasaan
Laksamana Hang Tuah. Setelah Malaka jatuh, kekuasaan atas kawasan Pulau
Batam dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan
(sekarang P. Bintan). Ketika Hang Nadim menemui ajalnya, pulau ini
berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pada pertengahan abad
ke.18. Dengan hadirnya kerajaan di Riau Lingga dan terbentuknya jabatan
Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya
berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau, sampai berakhirnya
keraj aan Melayu Riau pada tahun 1911.
Di abad ke-18, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lainnya yang lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura, amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dan gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan Barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda.
http://batamkota.go.id/pemerintahan_baru.php?sub_module=46&klp_jenis=89
Di abad ke-18, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lainnya yang lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura, amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dan gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Raffles dan kerajaan Inggris melakukan Barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda.
http://batamkota.go.id/pemerintahan_baru.php?sub_module=46&klp_jenis=89
Langganan:
Postingan (Atom)